Pneumonia adalah keradangan parenkrim paru dimana asinus terisi dengan cairan dan sel radang, dengan tau tanpa disertai infiltrasi sel radang kedalam dinding alveoli dan rongga interstisium. (Ganda Sigalingging dalam Mukty dan Alsagaff, 2010). Pneumonia umumnya terjadi karna bakteri streptococcus pneumonia dan Haemapillus Influenza pada bayi dan anak kecil ditemukan Strephylococcus aurius sebagai penyebab pneumonia yang berat, serius dan sangat progresif dengan morbilitas tinggi (Ganda Sigalingging, 2010). Patogenesis terjadinya yaitu kuman yang masuk bersama sekret bronkus kedalam alveoli menyebabkan reaksi radang berupa sembab seluruh alveoli yang terkena disusul dengan infiltrasi sel-sel radang. Sebagai awal pertahanan tubuh, terjadi fagositosis kuman penyakit oleh sel-sel radang melalui proses psedopi sitoplasmik yang mengelilingi dan "memakan" bakteri tersebut. (Ganda Sigalingging, 2010)
a. Pneumonia ringan :
1. Diagnosis
- Di samping batuk atau kesulitan bernapas, hanya terdapat napas cepat saja. Napas cepat:
- pada anak umur 2 bulan – 11 bulan: ≥ 50 kali/menit
- pada anak umur 1 tahun – 5 tahun : ≥ 40 kali/menit
- Pastikan bahwa anak tidak mempunyai tanda-tanda pneumonia berat
2. Tatalaksana
- Anak di rawat jalan
- Beri antibiotik: Kotrimoksasol (4 mg TMP/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari atau Amoksisilin (25 mg/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari. Untuk pasien HIV diberikan selama 5 hari.
3. Tindak lanjut
Anjurkan ibu untuk memberi makan anak. Nasihati ibu untuk membawa kembali anaknya setelah 2 hari, atau lebih cepat kalau keadaan anak memburuk atau tidak bisa minum atau menyusu.
Ketika anak kembali:
- Jika pernapasannya membaik (melambat), demam berkurang, nafsu makan membaik, lanjutkan pengobatan sampai seluruhnya 3 hari.
- Jika frekuensi pernapasan, demam dan nafsu makan tidak ada perubahan, ganti ke antibiotik lini kedua dan nasihati ibu untuk kembali 2 hari lagi.
b. Pneumonia berat :
1. Diagnosis
Batuk dan atau kesulitan bernapas ditambah minimal salah satu hal berikut ini:
- Kepala terangguk-angguk
- Pernapasan cuping hidung
- Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
- Foto dada menunjukkan gambaran pneumonia (infiltrat luas, konsolidasi, dll)
Selain itu bisa didapatkan pula tanda berikut ini:
- Napas cepat:
- Anak umur < 2 bulan : ≥ 60 kali/menit
- Anak umur 2 – 11 bulan : ≥ 50 kali/menit
- Anak umur 1 – 5 tahun : ≥ 40 kali/menit
- Anak umur ≥ 5 tahun : ≥ 30 kali/menit
- Suara merintih (grunting) pada bayi muda
- Pada auskultasi terdengar:
- Crackles (ronki)
- Suara pernapasan menurun
- Suara pernapasan bronkial
Dalam keadaan yang sangat berat dapat dijumpai:
- Tidak dapat menyusu atau minum/makan, atau memuntahkan semuanya
- Kejang, letargis atau tidak sadar
- Sianosis
- Distres pernapasan berat.
Untuk keadaan di atas ini tatalaksana pengobatan dapat berbeda (misalnya: pemberian oksigen, jenis antibiotik).
2. Tatalaksana
Anak perlu dirawat di rumah sakit untuk menerima tindakan medis dan terapi.
a. Terapi Antibiotik
· Beri ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM setiap 6 jam), yang harus dipantau dalam 24 jam selama 72 jam pertama. Bila anak memberi respons yang baik maka diberikan selama 5 hari. Selanjutnya terapi dilanjutkan di rumah atau di rumah sakit dengan amoksisilin oral (15 mg/ kgBB/kali tiga kali sehari) untuk 5 hari berikutnya.
· Bila keadaan klinis memburuk sebelum 48 jam, atau terdapat keadaan yang berat (tidak dapat menyusu atau minum/makan, atau memuntahkan semuanya, kejang, letargis atau tidak sadar, sianosis, distres pernapasan berat) maka ditambahkan kloramfenikol (25 mg/kgBB/kali IM atau IV setiap 8 jam).
· Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat, segera berikan oksigen dan pengobatan kombinasi ampilisin-kloramfenikol atau ampisilin-gentamisin.
· Sebagai alternatif, beri seftriakson (80-100 mg/kgBB IM atau IV sekali sehari).
· Bila anak tidak membaik dalam 48 jam, maka bila memungkinkan buat foto dada.
· Apabila diduga pneumonia stafilokokal (dijelaskan di bawah untuk pneumonia stafilokokal), ganti antibiotik dengan gentamisin (7.5 mg/kgBB IM sekali sehari) dan kloksasilin (50 mg/kgBB IM atau IV setiap 6 jam) atau klindamisin (15 mg/kgBB/hari –3 kali pemberian). Bila keadaan anak membaik, lanjutkan kloksasilin (atau dikloksasilin) secara oral 4 kali sehari sampai secara keseluruhan mencapai 3 minggu, atau klindamisin secara oral selama 2 minggu.
b. Terapi Oksigen
· Beri oksigen pada semua anak dengan pneumonia berat
· Bila tersedia pulse oximetry, gunakan sebagai panduan untuk terapi oksigen (berikan pada anak dengan saturasi oksigen < 90%, bila tersedia oksigen yang cukup). Lakukan periode uji coba tanpa oksigen setiap harinya pada anak yang stabil. Hentikan pemberian oksigen bila saturasi tetap stabil > 90%. Pemberian oksigen setelah saat ini tidak berguna.
· Gunakan nasal prongs, kateter nasal, atau kateter nasofaringeal. Penggunaan nasal prongs adalah metode terbaik untuk menghantarkan oksigen pada bayi muda. Masker wajah atau masker kepala tidak direkomendasikan. Oksigen harus tersedia secara terus-menerus setiap waktu.
· Lanjutkan pemberian oksigen sampai tanda hipoksia (seperti tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang berat atau napas > 70/menit) tidak ditemukan lagi.
Perawat sebaiknya memeriksa sedikitnya setiap 3 jam bahwa kateter atau prong tidak tersumbat oleh mukus dan berada di tempat yang benar serta memastikan semua sambungan baik. Sumber oksigen utama adalah silinder. Penting untuk memastikan bahwa semua alat diperiksa untuk kompatibilitas dan dipelihara dengan baik, serta staf diberitahu tentang penggunaannya secara benar.
3. Perawatan penunjang
· Bila anak disertai demam (> 39ยบ C) yang tampaknya menyebabkan distres, beri parasetamol.
· Bila ditemukan adanya wheeze, beri bronkhodilator kerja cepat
· Bila terdapat sekret kental di tenggorokan yang tidak dapat dikeluarkan oleh anak, hilangkan dengan alat pengisap secara perlahan.
· Pastikan anak memperoleh kebutuhan cairan sesuai umur anak dan hati-hati terhadap kelebihan cairan/overhidrasi.
- Anjurkan pemberian ASI dan cairan oral.
- Jika anak tidak bisa minum, pasang pipa nasogastrik dan berikan cairan rumatan dalam jumlah sedikit tetapi sering. Jika asupan cairan oral mencukupi, jangan menggunakan pipa nasogastrik untuk meningkatkan asupan, karena akan meningkatkan risiko pneumonia aspirasi. Jika oksigen diberikan bersamaan dengan cairan nasogastrik, pasang keduanya pada lubang hidung yang sama.
· Bujuk anak untuk makan, segera setelah anak bisa menelan makanan. Beri makanan sesuai dengan kebutuhannya dan sesuai kemampuan anak dalam menerimanya.
4. Pemantauan
Anak harus diperiksa oleh perawat paling sedikit setiap 3 jam dan oleh dokter minimal 1 kali per hari. Jika tidak ada komplikasi, dalam 2 hari akan tampak perbaikan klinis (bernapas tidak cepat, tidak adanya tarikan dinding dada, bebas demam dan anak dapat makan dan minum).